Butuh tiga hari untuk menulis review Not Friends ini. Alasannya, saya merasa hampa setelah menonton. Bukan hampa karena jelek. Film ini bisa mengungguli berbagai aspek yang sebelumnya membuat saya jatuh cinta setengah mati di Jatuh Cinta Seperti di Film-Film


Not Friends adalah film Thailand yang genrenya persahabatan remaja SMA dan cerita besarnya menyinggung persahabatan. Saya kira trailer film telah menjelaskan unsur utama cerita, ternyata saya SALAH BESAR. 


Film ini membuat standar saya untuk menonton genre slice of life menjadi lebih tinggi. Setelah Jatuh Cinta Seperti di Film-Film membuat saya semakin pilih-pilih untuk film lokal, sekarang saya jadi ingin bisa menulis dengan plot secerdas Not Friends. Penulis fiksi kalau menonton film ini pasti ingin mengintip otak penulis naskahnya.


Kekuatan dari Hal-Hal Sederhana


Apa saja yang membuat saya berani menyebut film ini sebagai film remaja atau coming-of-age terbaik untuk mengawali 2024? Ada beberapa hal yang membuat saya tertegun hingga sekarang. Rasanya ingin menonton lagi, tetapi emosi saya sudah habis di sesi menonton pertama.


Premis Konsisten dengan Isi

Judul dari film ini Not Friends, sangat konsisten menjadi benang merah sejak sekuen awal hingga akhir. Premisnya adalah tentang anak pindahan bernama Pae (Anthony Buisseret) yang ingin memenangkan kompetisi film pendek dari cerita hidup Joe (Pisitpol Ekaphongpisit), tetapi sebenarnya sejak awal Pae hanya mengaku-aku sebagai sahabat sehingga ia mencari cara untuk mengumpulkan ide cerita menyentuh dari berbagai sumber.


Pae yang labil dan mencari moral value terbaiknya



Sederhana sekali premisnya dan dari situ kita tahu mengapa film ini diberi judul Not Friends. Seiring berjalannya waktu, rencana Pae hampir saja batal karena Bokeh (Thitiya Jiraponrsilp) tahu kalau Pae hanya omong besar soal persahabatannya dengan mendiang Joe.


Bokeh meminta agar Pae menghentikan prosesnya membuat film. Namun, rencana Pae sudah terlanjur tersebar seantero sekolah hingga ibu Joe datang menemui Pae sambil menangis agar filmnya dilanjutkan. Kepala sekolah pun mengumumkan jika film bikinan Pae akan disiarkan pada acara perpisahan sekolah.


Highlight hubungan Pae-Joe menguras air mata


Bokeh yang menjadi sahabat Joe ketika duduk di bangku SMP memutuskan untuk membantu Pae sebagai kameramen karena ia sering melihat ibunya yang juga bekerja di bidang perfilman. Kru film bertambah dari beberapa siswa lain yang juga bukan teman Pae.


Karakter Multidimensional

Dalam 130 menit, saya sangat menikmati ekspresi Pae, Bokeh, dan Joe yang menjadi tokoh sentral cerita. Meskipun bintang muda, saya bisa terharu dengan ekspresi mata dan gesture minor mereka. Saya yakin jika kemampuannya diasah, mereka bisa menjadi aktor dan aktris hebat di negaranya.


Film ini sukses menyajikan pergumulan batin seorang remaja yang sedang mencari jati diri, ingin diakui, sekaligus menemukan moral value mereka. Pae sangat ngotot ingin memenangkan kompetisi film pendek karena pemenangnya akan diberi beasiswa masuk kuliah perfilman. Ia ingin tinggal jauh dari rumahnya yang juga menjadi satu dengan pabrik tepung milik ayahnya.





Bokeh yang mengaku menjadi sahabat mendiang Joe, ternyata sebenarnya sudah lama tidak berbicara dengan Joe karena suatu masalah. Di sini sudah menjadi twist awal bagi saya karena saya bisa melihat rasa bersalah di mata Bokeh setiap kali mengenang Joe. Saya kira itu perasaan cinta terpendam, ternyata lebih dalam dari itu. She was a Joe’s friend, but she became a stranger.


Bahkan, dalam adegan-adegan kilas balik pun, Joe yang sangat ceria ternyata menyimpan banyak rahasia yang akan terbongkar seiring proses Pae dan teman-temannya membuat film pendek. 





Semua karakter mengalami pergolakan batin untuk menemukan prinsip moral yang akan mereka pilih. Apakah mereka akan menjadi antagonis, egois, atau kembali pada kebenaran? Alur cepat tidak membuat film ini kehilangan esensi. Setiap detik dan menit tidak boleh terlewat agar kita memahami alur serta memaklumi tiap keputusan yang diambil karakter.


Mengetahui Proses Kreatif Secara Menyenangkan

Film ini menyajikan proses kreatif dari pembuatan film indie mulai dari sumpeknya Pae mencari ide dan premis dan teknik-teknik yang dilakukan hingga hasil editing film mereka. Saya beberapa kali terbahak melihat ide ajaib Pae dan timnya dalam mewujudkan sisi visual dari naskah yang awalnya ditulis dalam bentuk cerpen.





Menariknya, lewat proses kreatif ini saya bisa mendalami pemikiran tiap karakter utama serta perkembangan hubungan tim. Air mata saya beberapa kali jatuh setelah tertawa. 

Penuh dengan Bom Twist

Sebagai penulis, saya sangat memperhatikan bagaimana penulis naskah menyusun twist di dalam filmnya. Dari bagian tengah hingga menjelang akhir, Not Friends menyajikan banyak twist yang muncul secara natural.


Contohnya, ketika adegan membuat foto perpisahan, ada satu tokoh baru yang muncul dengan aura misteriusnya. Saya merasa tidak nyaman padahal plot sedang berjalan tenang. Ini pertanda jika film ini bisa memainkan emosi dengan cerdas dan halus.


Sejak awal film, saya juga merasakan ketegangan seolah menerka-nerka apa yang akan dilakukan tokoh utama. Tidak ada yang sia-sia di dalam film ini. Adegan awal dan penutup dijahit dalam satu frame menjelang film berakhir hingga menimbulkan efek “Oh, jadi ini maksudnyaa!”


Konsistensi mengusung judul sebagai topik akan semakin masuk akal hingga akhir film.saya pun memeriksa di dalam diri apakah ada lapisan-lapisan yang tanpa sadar hanya saya ketahui dan saya keluarkan ketika tidak ada orang yang tahu?


Saya juga tidak berhak menilai buruk seseorang dari satu aspek karena siapa tahu ada twist yang hanya Tuhan ketahui sehingga nilai manusia itu jadi lebih bagus daripada saya. Not Friends adalah film yang menyinggung ketidaknyamanan dengan cara mengharukan serta jenaka.
(Baca Juga: Review Drakor Revenant)



2 Komentar

  1. Aku jarang nonton film thailand. Tapi beberapa film yg aku tonton selalunya bagus 👍. Tadi lihat trailernya sebentar, menarik sih memang 😊👍. Rasanya pengen lihat juga. Apalagi temanya ttg pertemanan sekolah 😍.

    Tx reviewnya mba. Dr cara mba tulis, kliatan filmnya sebagus itu sampe bikin amazed😄👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget, saking sukanya sampai lihat trailer lagi aku nangis, mbak. Hahahaha

      Hapus

Silakan berkomentar dengan sopan tanpa menyinggung SARA, ya ^_^