review jatuh cinta seperti di film-film moviereffi


Review  Jatuh Cinta Seperti di Film-Film yang saya tulis kali ini lebih banyak menyorot ke renungan yang saya dapatkan selama menonton film. Dan bukti bahwa semakin banyak wawasan belum tentu menjadikan kita bijaksana itu benar adanya. Bolehkah kita jatuh cinta seperti di film-film?


Sebelumnya saya jatuh cinta dengan film Sleep Call yang membuat saya semakin optimis dengan meningkatnya kualitas film nasional. Saya sudah memutuskan untuk stop nonton film horor lokal dulu setelah kecewa dengan Sewu Dino. Maka, ketika menonton film romcom semacam Jatuh Cinta Seperti di Film-Film ini membuat saya semakin bahagia.

Belajar Teknik Menulis Skenario Dalam Waktu Singkat

Hal utama yang saya sukai dari film ini justru bukan dari kisah hidupnya, melainkan dari segi teknik menulisnya. Saya adalah seorang penulis yang ‘menyamar’ sebagai pekerja (kata Papa saya begitu, but I love my job absolutely, hahaha). Jadi, mempelajari teknik menulis lewat paparan tokoh Bagus (Ringgo Agus Rahman), membuat saya betah sejak sekuen pertama film.


review jatuh cinta seperti di film-film moviereffi


Teknik Menulis dengan Storytelling

Kalau membaca buku teknis menulis itu terkadang rasanya mengantuk dan malas. Namun, ketika saya belajar tentang pembagian sekuen lewat studi kasus berkedok film, nyantolnya malah lebih mudah.


Ini menginspirasi saya untuk mengemas metode kelas menulis agar lebih menyenangkan. We love storytelling, jadi kenapa harus selalu menyusun modul terlalu teknis untuk kelas kreatif?


Belajar Etika Penulis

Yang membuat saya merenung paling banyak adalah soal etika menulis yang disampaikan Cheline (Sheila Dara) saat Bagus curhat. 


“Sudah minta izin sama Hana kalau kamu nulis cerita soal dia?” tanya Cheline.


Sebagai penulis fiksi, saya mendapatkan inspirasi cerita dari kisah curhatan kawan atau dari media lain yang pernah saya konsumsi. Untungnya, setelah saya renungkan secara mendalam, saya tidak pernah mengekspos 100% kisah pribadi kawan. Ya, saya hanya mengambil cuplikan-cuplikan saja lalu menjahitnya menjadi sesuatu yang lain.


review jatuh cinta seperti di film-film moviereffi
Pemeran pendukung yang punya peran penting


Beda dengan Bagus yang rencananya membuat plek-ketiplek kisah hidup Hana. Parahnya lagi,  Bagus punya pemikiran sempit yang membuatnya sok bijak dalam menilai pandangan hidup Hana yang berbeda. Saya kalau jadi Hana, pasti murka juga misalnya kisah hidup saya diadaptasi 100% tanpa izin.


Cerminan Susahnya Jadi Penulis

Kalimat-kalimat satir dari bagus tentang pembajak yang menggunakan pengisi takarir khas semacam Lebah Ganteng dan dapat kiriman tautan film bajakan lewat WhatsApp itu sindiran buat penonton yang masih suka film bajakan. Selain itu, proses menulis yang tidak mudah, membuat saya tertawa karena merasa sangat setuju dengan Bagus.


Penulis pasti paham bagaimana mencekamnya ketika sedang dikejar deadline. Menulis terus-menerus tanpa peduli gizi akan mengantarkan penulis pada sakit tipes atau masuk UGD. Saya pernah mengetik hanya dengan satu tangan karena tangan kiri cedera setelah ototnya capek dipakai mengetik.


Kisah Cinta yang Realistis

Sekarang saya akan membahas bagian-bagian paling berkesan dari film. Soal akting, saya tidak perlu membahasnya di sini arena Nirina Zubir yang berperan sebagai Hana, Ringgo, Sheila Dara, dan Dion Wiyoko adalah sekumpulan talenta berharga industri perfilman. Chemistry Ringgo-Nirina asyik banget.


review jatuh cinta seperti di film-film moviereffi
Jatuh cintanya orang dewasa


“Hubungan cinta itu ya sebagian besar dengan ngobrol,” pikir Bagus.


Di bagian awal film, saya sesekali menguap karena film ini lebih banyak ngobrolnya. Namun, plot mulai menarik ketika Hana begitu gigih mempertahankan pendapatnya soal cinta.


“Seumuran kita ini udah nggak masa-masanya cinta-cintaan lagi. Itu hanya buat anak muda.” Pendapat Hana itu dipicu dukanya yang sangat mendalam setelah suaminya meninggal dunia. Sementara Bagus yang memendam cinta berpendapat jika Hana hanya tidak mau maju karena terus menikmati duka meskipun ia sudah pindah kota.


review jatuh cinta seperti di film-film moviereffi
Ketika duka dipeluk erat oleh Hana



80% film ini dibuat dalam format hitam putih yang ternyata punya filosofi sangat mendalam terkait pasangan utama di film ini. Bagus terus berusaha menggeser opini Hana, tetapi belum juga bisa. 


Dialog-dialog yang reflektif dan membuat saya berpikir ulang tentang hidup juga menjadi senjata film ini. Saya tertawa dan terharu mulai dari klimaks hingga menuju akhir film. Ada satu kalimat lagi yang menjadi favorit saya dari Bagus.


“Hidup gue emang nggak bisa di-retake, tapi bisa dilanjutin sekuelnya.”


Kita tidak perlu melihat adegan tatap-tatapan dengan kisah cinta klise. Justru karena topik film sangat dekat dengan siapapun, saya seperti bisa memahami tujuannya. Lagu-lagu yang mengiringi pun manis di benak serta perasaan.


Saya membayangkan, kapan ya bisa bertemu dengan meet cute sekali lagi? LOL. Jatuh cinta memang tidak perlu sama seperti di film karena kita juga menjadi pemeran utama di hidup kita sendiri.

3 Komentar

  1. Belakangan cukup senang dengan perkembangan film Indonesia. Mulai dari storytelling yang semakin menggugah dan penuh dengan pesan. Pembangunan kisah film-film tanah air juga banyak yang diangkat dari kisah-kisah sederhana sehari-hari yang justru membuatnya semakin spesial dan mengena kepada kita para penontonnya.

    Setuju dengan pendapat Mbak Reffi, film drama dan keluarga Indonesia mengalami pertumbuhan pesat belakangan ini. Untuk horror, aku juga masih maju mundur karena beberapa kali mendapat hasil yang baik, beberapa kali juga mendapatkan experience yang biasa saja.

    BalasHapus
  2. Memang sangat bagus perkembangannya sekarang. Jadi nonton pun ada pilihan. Malah saya makin picky untuk nonton film luar juga. Film lokal non-horor sudah makin naik kualitasnya.

    BalasHapus
  3. Ntah kenapa kalo film udah diproduseri atau sutradara by ernest, pemainnya ringgo, dah laah, aku sukaaaaa 😍😍😍. Cuma memang aku tipe yg lbh suka nonton film indonesia di netflix atau platform film legal lain mba. Kurang suka di bioskop. Makanya pas film ini main, aku ga nonton. Cuma kalo nanti dah kluar di netflix, langsuuung pasang 😄.

    Semua temen juga bilang Film ini wajiiiib sih ditonton😍. Apalagi dibuat hitam putih kan.. Unik...

    BalasHapus

Silakan berkomentar dengan sopan tanpa menyinggung SARA, ya ^_^