Saya adalah salah satu generasi penonton Petualangan Sherina yang jatuh hati dan gemes dengan karakter mereka di masa kecil. Saat itu juga, saya sama bocilnya seperti Sherina Munaf dan Derby Romero. Petualangan Sherina 2 membuat emosi masa lalu menjadi nostalgia bahagia sekaligus membawa emosi yang lebih nyata.


Karakter Sherina di masa kecil yang selalu ingin tahu, impulsif, dan keras kepala ini menjadi salah satu ciri khas menarik yang membuat saya teringat kembali bagaimana dia berani menantang Saddam dan juga nekad mengejar Kertarejasa. Apa saja yang menarik dari film sekuelnya setelah berjarak 23 tahun ini?


Life Happens, Sebuah Plot yang Kita Rasa Saat Dewasa

Di film pertamanya dulu, Sherina dan Saddam sama-sama memiliki sifat keras kepala yang setara. Saddam yang sangat dimanja di rumah, ingin terlihat seperti jagoan di sekolah. Makanya, saat masih SD, dia terang-terangan tidak menyukai Sherina yang notabene anak baru, tetapi sama sekali tidak takut padanya dan gengnya yang lain.


Beberapa hal yang membuat hati berdebar sekaligus sedih terwakili oleh Saddam yang kini punya karakter lebih dewasa. Life happens, itu kata Sherina.



Kehilangan besar menempa karakter Saddam

Saya sempat merasa kehilangan sosok tengil dan usil Saddam yang dulu sangat dominan di masa kecilnya. Namun, setelah film terus bertambah menit, saya sangat suka dengan cara film Petualangan Sherina 2 merangkum perubahan watak Saddam dengan cara yang logis.


Saddam kehilangan banyak hal di usia muda (saya tidak mau spoiler, tonton sendiri, ya, kehilangannya apa). Kehilangan dan juga perubahan besar dalam hidup membuat Saddam memutuskan untuk pergi berpetualang sampai ia menemukan tempat berhenti yaitu di hutan Kalimantan. Kalau penonton jeli, saya jadi mengerti kenapa Saddam jadi terikat secara batin dengan orang utan yang berjuang mempertahankan kelestariannya.


Orang utan adalah spesies yang mulai menyusut karena perburuan ilegal sampai penebangan hutan yang membuat mereka kehilangan rumah. Organisasi yang dipimpin Saddam berusaha untuk melindungi orang utan lalu melepaskan mereka kembali ke hutan untuk membantu keseimbangan alam. Saddam juga sama-sama mencari rumah. Pencarian jati diri dan kehilangan membuat Saddam semakin dewasa dengan sendirinya.

Perpisahan karena perbedaan cara pandang

Semakin kita dekat dengan seseorang, maka akan semakin sakit ketika orang tersebut berbalik menyakiti kita. Ada sebuah kejadian yang membuat Saddam memutuskan untuk tidak mengontak Sherina. Karakter Sherina yang selalu ingin mencapai hasil terbaik, mungkin membuatnya lupa sejenak dengan Saddam.


Tatapan Saddam bikin salting yang nonton heuheu



Sejak kecil, Saddam punya perhatian yang lebih pada Sherina setelah mereka mengalami petualangan menegangkan bersama-sama. Namun, Sherina selalu melihat ke depan sampai agak lupa untuk belajar lebih peka dengan sahabat terdekatnya. 


Adegan Sherina yang makan donat gula lalu ia tahu jika Saddam adalah orang yang menyiapkan jajan favoritnya itu membuat saya tahu jika Sherina mengisi tempat istimewa di hari Saddam. Sherina yang bahagia karena menemukan sahabat lamanya ingin memastikan apakah Saddam masih lajang atau sudah ada yang punya. Dari sini kelihatan, deh, kalau si gadis keras kepala sebenarnya juga punya ketertarikan pada kawan lama.


Momen ketika Saddam dan Sherina terjebak di dalam gudang dan obrolan panjang mereka yang memicu perdebatan, mengentakkan Sherina pada kenyataan. Ada kepribadiannya yang bisa membuatnya jauh dari orang lain. Menjadi pendengar juga sama pentingnya seperti menjadi cerdas dan hebat. 

Olahan Film yang Sama Cantiknya

Masih seperti film yang pertama, Petualangan Sherina 2 dibuat dengan sinematografi cantik dan juga tokoh-tokoh unik yang menjadi scene stealer. Saya paling suka Ratih (Isyana Saraswati) dan Aryo (Adit Erwandha) selain dua tokoh utama, Sherina-Saddam yang tidak perlu diuji lagi chemistrynya. Lagu-lagu pengiring juga enak didengar. Istimewanya lagi, Sherina didapuk untuk mengerjakan scoringnya.



Petualangan di hutan Kalimantan
bikin terharu dan sayang orang utan



Aryo sukses memerankan sosok pemuda konyol dengan mulut ceplas-ceplosnya. Hanya dengan bicara ‘Ciye ciyee, reunian’ dan ‘Bapak pernah ke Davos? Saya mau ke sana, hampir’ sudah membuat saya terkikik geli. Ratih menjadi istri pengusaha yang asalnya adalah penyanyi dangdut dan tidak suka kalah dari teman-teman sosialitanya. Saya rasa sudah saatnya Isyana punya film komedinya sendiri. Dia sangat komikal dengan natural.


Pencuri hati berikutnya adalah sosok Sindai (Quinn Salman) yang seolah menjadi representasi Sherina kecil. Ia pendiam, tetapi gesit dan sorot matanya yang tajam terlihat tidak kenal takut demi mencapai tujuannya. Saya mencari tahu soal Quinn Salman dan ternyata dia ini penyanyi. Sayang sekali di film ini saya tidak bisa mendengar suaranya.



Ya, walaupun ada beberapa adegan yang rasanya kurang logis, seperti kenapa Sherina bisa yakin kalau penculik orang utan ada di dalam gudang walaupun mobilnya diparkir di dekat situ? Selain itu, persiapan Saddam dan Sherina untuk membuat jebakan di dalam gudang juga terkesan serba kebetulan. Ya, walaupun ini tidak mengganggu kenikmatan menonton filmnya juga.


Sosok Syailendra yang dibilang berbahaya juga tidak kelihatan seram-seramnya di mata saya. Wibawanya malah tidak seperti Kertarejasa. Ia hanya terlihat sebagai pengusaha bucin yang ingin memenuhi semua keinginan aneh istrinya. 


Overall, saya jadi ingin menonton ulang Petualangan Sherina 2. Sisi bapernya juga bikin salting sendiri. Emosi-emosi kangen di masa lalu dan juga akting yang bagus dari Sherina-Saddam membuat saya betah di bangku penonton sampai akhir.

2 Komentar

  1. Saya kemarin juga nonton film ini di bioskop. Memang keren sekali, Kak filmnya

    BalasHapus
  2. Keren banget emang Mbak, pokoknya jadi kesukaan kalau Sherina-Derby Romero hehe

    BalasHapus

Silakan berkomentar dengan sopan tanpa menyinggung SARA, ya ^_^