Judulnya sudah sangat menyinggung. Intriguing. The Worst Person in The World adalah film Norwegia yang bercerita tentang Julie dan fragmen mengenai pencarian jati dirinya.  Saya menonton di aplikasi KlikFlim dan langsung jatuh hati sejak babak awal.


FILM YANG MENGUSIK JIWA

Banyak sekali film yang berkesan, tetapi baru kali ini saya merasakan beban sejak babak pertama film ini ditayangkan. Beban bukan karena cerita atau pemeran utamanya yang kurang bagus, tetapi karena betapa tiap adegan serta dialog benar-benar relatable. Aktris dan aktornya jelas keren.

Cerita diawali dari seorang mahasiswi cerdas bernama Julie. Ia selalu hidup sesuai standar masyarakat pada umumnya. Belajar dengan baik, memiliki pacar saat kuliah, dan punya hidup normal saja sebagai seorang gadis cerdas. Sampai suatu hari ia mempertanyakan tujuan dan passion yang sesungguhnya.

Ketika sedang praktikum bedah, Julie menyadari jika ia lebih tertarik kepada jiwa. Maka selanjutnya pergolakan batin pun membawa arah baru untuk hidupnya. Ia mengaku kepada ibunya untuk pindah jurusan kuliah. Julie akhirnya menjadi mahasiswi psikologi.

 Pertama kali mengikuti kata hati, ternyata membawa efek domino bagi kepribadian Julie. Ia terus haus akan sesuatu yang dia sendiri tidak tahu. Ia memutuskan kekasihnya, menjalani petualangan cinta baru, sampai akhirnya tidak tamat kuliah dan menekuni dunia seni. Julie belajar fotografi serta menghidupi diri dengan bekerja paruh waktu di sebuah toko buku.


Julie dan Aksel


Pernahkah merasa begini? Kita semua mungkin pernah atau sedang menjadi sosok seperti Julie. Jiwa muda yang haus akan passion, mudah memulai, tetapi tidak pernah selesai. Kita terus mencari kepuasan batin sampai menjadi kutu loncat. Itulah yang sedang dialami Julie. Kemudian di tengah petualangannya, ia jatuh cinta dengan pria yang usianya 15 tahun lebih senior bernama Aksel. Aksel adalah seorang kartunis dengan hidup cukup mapan.

Awal mula perkenalan, Julie tidak menjadi diri sendiri. Ia berusaha menampilkan citra diri sebagai pengagum karya Aksel. Hubungan mereka terjalin cukup dalam hingga Julie memutuskan untuk tinggal di rumah Aksel.


Cerminan Perjalanan Usia Muda Menuju Dewasa

Berhubungan dengan orang yang usianya terlalu jauh juga bukan hal mudah. Sampai ketika Julie yang akan memasuki usia 30 tahun, mengalami krisis identitas makin besar. Berlibur bersama keluarga Aksel, membuat perbedaan itu semakin meruncing. Julie kesal saat ditanya apa karir yang akan ia pilih. Selain itu, Aksel mulai mengajaknya ke tahapan serius, pria itu ingin memiliki anak dengan Julie.

Julie menolak. Ia ingin mengeksplorasi banyak hal. Karir dan bentuk kehidupan yang ia pilih pun masih belum pasti. Aksel bertanya apa yang ingin ia cari. Julie pada usia menjelang 30 tahun menjawab, ''Entahlah, tapi aku merasa ingin tetap mencari. Aku ingin memiliki anak suatu hari nanti, tapi tidak sekarang.''

Film ini dibuat dengan potongan-potongan chapter yang menunjukkan jika Julia mengalami Quarter Life Crisis tiada henti sejak usia 20-an awal sampai menjelang 30. Kita terbiasa mendengar anak muda yang berhenti menekuni sesuatu atau gelisah di satu hubungan karena kehilangan passion. Ruwetnya cerita hidup Julia adalah rangkuman kegelisahan banyak anak muda.

Ketika menemukan kekasih baru yang sebaya, Julie merasa jiwanya lebih hidup. Ia menyalahkan Aksel yang dianggap terlalu menggurui karena usianya lebih senior. Puncak kegemasan saya adalah saat Julie berteriak tidak puas kepada kekasih seumurannya, ''Aku tidak puas denganmu, aku ingin lebih!''

Julie dan kekasih seumuran


Satu benang kusut terurai. Julia frustrasi terhadap dirinya sendiri. Ia tidak pernah menyelesaikan sesuatu. Sebenarnya, ia sibuk berpindah bukan karena sedang mencari passion, tetapi hanya sedang melarikan diri. Momen menjelang ending akan membuat kita trenyuh dan berspekulasi. Bagaimana hidup Julie pada akhirnya? Will she be happy?

Dari sudut pandang Julia, ia adalah orang paling gagal di dunia. Hmm, dia tidak sendiri. Film ini wajib ditonton khalayak muda atau orang tua dengan pikiran terbuka. Ada beberapa part yang digambarkan penuh metafora serta filosofis, semacam film romance-drama dengan sentuhan surealisme.

Wajar saja film ini mengantarkan Renate Reinsve sebagai Best Actress di Cannes Film Festival Awards. Nominasi prestisius lainnya adalah Best International Feature Film serta Best Original Screenplay. BTW, saya makin suka dengan KlikFilm nih. Setelah menonton The Worst Person In The World, saya menonton film Prancis, Eiffel. Film yang saya tunggu, Spencer, juga tayang di aplikasi ini. Tunggu review lainnya ya.

2 Komentar

  1. Film barat kayak gini ceritanya memang gak biasa, keren sih dan kisah yang diangkat itu antimainstream.

    BalasHapus

Silakan berkomentar dengan sopan tanpa menyinggung SARA, ya ^_^